Rabu, 13 April 2011

padang maskhsyar

 Padang  maskhsyar
Ladang perhitungan semua amal manusia
“manusia – manusia akan digiring ke mashyar pada hari kiamat nanti yang pertama dalam keadaan berjalan, kedua mereka yang berkendaraan , dan ketiga mereka yang berjalan dengan menggunakan mukanya”. (HR. At-tirmidzi)

 Demikian bunyi hadis yan diriwayatkan dari sahabat abu hurairah ra. Hadits ini menerangkan kondisi umat manusia sejak jaman nabi adam hingga nabi muhammad di pafang mahsyar yang rupa tidak sama, ada yang berjalan menggunakan kaki, menggunakan kendaraan, dan berjalan menggunakan wajahnya.

Kita mungkin sudah bisa menebak, golongan manakah yang akan termasuk dalam tiga jenis manusia di akherat kelak tersebut. Semuanya terserah pada kita. Sejauh mana segala ajaran tuhan dengan baik dan menyia-nyiaakanya. Waktu umur kita tidak panjang di dunia ini. Esok lusa bahkan hari ini nyawa kita bisa di cabut oleh tuhan, maka janganlah sesekali berhayal tentang umur kita akan panjang,  lantas semuna-mena dalam menggunakan menggunakan amanat yang telah allah berikan kepada kita.

Berkumpulnya manusia di padang mashyar  adalah suatu keniscayaan atau kepastian, mereka berada disana setelah bunyi dangkar kala di tiupkan kembaliuntuk kesekian kalinya membangkitkan mereka yang telah mati. “dan ditiuplah sangkarkala. Maka matilah semua yang dilangit dan dibumi, kecuali yang allah khendaki. Kemudian di tiupkan kenbali maka berdirilah mereka menunggu.”(QS-al-zumar)

Pada tempat lain allah juga berfirman “dan sangsangka ditiup. Maka mereka keluar dari kubur menghadap tuhan mereka. Mereka berkata” .alangkah malangnya nasib kami’! siapakah yang telah membangkitkan kami dari tempat tidur (kubur) kami’? inilah yang dijanjikan allah yang maha pengasih, dan benarlah para rasul. Hanya dengan suara keras, mereka semua berkumpul dihadapan kami .”(QS. Yasin [36]:51-53)
Setelah itu mereka digiring oleh tuhan ke suatu tanah lapang yang sangat luas ,rata-rata  warnanya putih dan tidak ada tempat persembunyian. Itulah gambaran padang mahsyar. Kata imam al-Ghazali seperti di muat dalam karyanya berjudul “rahasia hari kebangkitan” .

Al-qur’an menggambarkan penggirian manusia ke padang mahsyar ini dalam QS. An-naml ayat 83,” dan (ingiatlah) hari (ketika) kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat  -ayat kami, lalu mereka di bagi-bagi (dalam kelompok-kelompok).”

Manusia saat itu tergolong dalam beberapa bagian :ad yang mukanya seperti kera, babi, dalam keadaan terjungkir, kakinya diatas dan kepalanya dibawah, dalam keaadan buta, tuli, dan tidak berakal, dalam keadaan mengunyah ludahnya sendiri, sedangkan lidahnya menjulur kebawah sampai dadanya dan dari mulutnya keluar nanah yang menjijikan, dalam keadaan terpotong kedua tangannya dan kedua kakinya, dalam keadaan tersalib di pohon kurma, dalam keadaan berbau .busuk, dan dalam kaadaan menggunakan pakaiaan yang terpanas. Mereka inilah yang tidak mendengarkan ajaran tuhan .

Sementara bagi orang yang bertakwa. Wajah mereka berseri-seri dan terlihat tampan sekali. Adanya perbedaan penggambaran beberapa golongan ini secara persis diisyaratkan oleh Tuhan dalam QS. Maryam ayat 85-86 sebagai berikut:

“(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang  yang takwa kepada tuhan yang maha pemurah sebagai perutusan yang terhormat. Dan kami akan manghalau orang-orang yang durhaka ke neraka jahannam dalam keadaan dahaga.”

Pada kesempatan lain Allah juga berfirman,”(Ingatlah) akan hari di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri. Dan ada pula muka yang menjadi hitam muram.”(QS. Ali imran [3]: 106) dan lihat juga QS. Al-Ghasyiyah [88]: 8-10, QS, QS.’Abas [80]: 38:39 , QS. Al-ghasyiayah [88]: 8-10, 2-4,’ Abasa [80]: 40-43 ,dan QS. Ali imran [3]: 106-107.

Namun yang jelas, menurut Dr. Umar sulaiman al-asqar dalam “Al-Yaum al-akhir, al-qiamah al-qubra”, mereka semua dalam keadaan telanjang kaki, tidak berpakaian dan tidak di khitan. Allah berfirman,” sebagaimana kami telah memulai pencuptaan yang pertama, begitulah kami mengulanginya. Kami sungguh akan melaksanakannya.” (QS. Al-Anbiya [21]: 104)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar